ASAM DAN BASA
DASAR TEORI
Asam dan
basa sudah dikenal sejak zaman dahulu.Istilah asam (acid) berasal dari bahasa
latin acetum yang berarti cuka. Seperti diketahui, zat utama dalam cuka adalah
asam asetat. Istilah basa (alkali) berasal dari bahasa Arab yang berarti
abu Juga sudah lama diketahui bahwa Asam dan Basa saling
menetralkan.
Sejak
berabad – abad yang lalu, para pakar mendefinisikan asam dan basa berdasarkan
sifat larutan airnya. Larutan asam mempunyai rasa asam dan bersifat korosif
(merusak logam, marmer, dan berbagai bahan lain). Sedangkan larutan basa berasa
agak pahit dan bersifat kaustik (licin,seperti sabun). Namun demikian, tidak
dianjurkan mengenali asam dan basa dengan cara mencicipi, hal itu bisa
berbahaya. Kita dapat mengenali asam dan basa dengan menggunakan indikator asam
basa, misalnya lakmus merah dan lakmus biru, serta metil merah dan metil biru,
kertas .
Untuk
menjelaskan penyebab sifat asam dan basa, sejarah perkembangan ilmu kimia
mencatat berbagai teori. Pada tahun 1777, Lavoisier mengemukakan bahwa asam
mengandung oksigen. Unsur itu yang dianggap bertanggung jawab atas sifat –
sifat asam. Namun pada tahun 1810 ,Humphrey Davy menemukan bahwa asam hidrogen
klorida tidak mengandung oksigen. Davy kemudian menyimpulkan bahwa hidrogenlah
dan bukan oksigen yang merupakan unsur dasar dari setiap asam. Kemudian pada
tahun 1814, Gay Lussac menyimpulkan bahwa asam adalah zat yang dapat
menetralkan alkali dan kedua golongan senyawa itu hanya dapat didefinisikan
dalam kaitan satu dengan yang lain.
Konsep yang
cukup memuaskan tentang asam dan basa, dan yang tetap diterima hingga sekarang,
dikemukakan oleh Arrhenius pada tahun 1884. Menurut Arrhenius, asam adalah zat
yang dalam air melepaskan ion H+
sedangkan basa melepaskan ion OH. Jadi ,pembawa sifat asam adalah ion H+
sedangkan pembawa sifat basa adalah ion OH -, dimana jika Asam
direaksikan dengan Basa akan menghasilkan Garam mineral dan Air.
B. DASAR TEORI
Asam basa merupakan salah satu sifat
suatu zat baik yang berbentuk larutan maupun non pelarut, sifat dari asam yaitu
terasa masam dan basa terasa pahit dan sifat asam basa juga bersifat beracun
dan korosif. hubungan asam basa dengan pH adalah pH sebagai penentu agar suatu
senyawa bisa diketahui bersifat asam atau basa, jika pH senyawa lebih kecil
dari 7 maka senyawa tersebut bersifat asam dan jika suatu senyawa pH lebih
besar dari 7 maka senyawa tersebut bersifat basa. ( Yayan sunarya, 2003 )(Windarti,T.,2008)
Teori asam basa menurut Arrhenius
yaitu asam adalah suatu spesies yang akan meningkatkan konsentrasi ion H+ di
dalam air dan basa adalah suatu spesies yang akan meningkatkan konsentrasi ion
OH- di dalam air, sedangkan teori asam basa menurut Bronsted-Lowry yaitu asam didefinisikan sebagai
sebuah molekul atau ion yang mampu melepaskan atau mendonorkan kation hidrogen (proton, H+) dan basa sebagai spesi kimia yang mampu
menarik atau menerima kation hidrogen (proton), dan teori asam basa menurut
Lewis yaitu asam adalah spesi
yang dapat membentuk ikatan kovalen dengan akseptor pasangan elektron bebas
dari spesi yang lain dan basa adalah spesi yang dapat membentuk ikatan kovalen
melalui donator pasangan elektron bebas kepada spesi yang lain. ( Belajar
kimia, 2009 )(Ziessow,D.,2007)
Titrasi merupakan suatu metode untuk
menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui
konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang
terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam
basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redoks untuk titrasi yang
melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang
melibatan pembentukan reaksi kompleks. Titrasi asam basa melibatkan asam maupun
basa sebagai titer ataupun titran. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi
penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan
sebaliknya.
DASAR TEORI
“Titrasi
yang melibatkan reaksi antara asam dengan basa dikenal dengan istilah titrasi
asam basa atau aside alkalimetri. Secara teknis titrasi dilakukan dengan cara
mereaksikan sedikit demi sedikit dan bahkan tetes demi tetes larutan basa
melalui buret, kedalam larutan asam dengan volume tertentu yang terletak dalam
labu Erlenmeyer sampai keduanya tepat habis yang ditandai dengan berubahnya
warna indikator”.( 2004 : 131, Sudarmo ).
“Pada
titik ekivalen jumlah asam yang dititrasi ekivalen dengan jumlah basa yang
dipakai. Untuk menentukan titik ekivalen ini biasanya dipakai suatu indikator
asam basa yaitu suatu zat yang dapat berubah warnanya. Macam-macam indikator
yang kita pilih harus sedemikian, sehingga titik ekivalen titrasi terdapat pada
daerah perubahan indikator. Jika pada suatu titrasi dengan indikator tertentu
timbul perubahan warna, maka titik akhir titrasi telah tercapai. Jadi, titik
akhir titrasi tidak selalu berimpit dengan titik ekivalen”. (2012 : 19,
Penuntun Praktikum).
“Titrasi atau disebut juga
volumetri merupakan metode analisis kimia yang cepat, akurat dan banyak
digunakan untuk menentukan kadar suatu unsur atau senyawa dalam larutan.
Titrasi didasarkan pada suatu reaksi yang digambarkan sebagai :
a A + b B hasil reaksi
dimana :
A adalah
penitrasi (titran), B senyawa yang dititrasi, a dan b jumlah mol dari A dan B.
Volumetri (titrasi) dilakukan dengan
menambahkan (mereaksikan) sejumlah volume tertentu (biasanya dari buret)
larutan standar (yang sudah diketahui konsentrasinya dengan pasti) yang
diperlukan untuk bereaksi secara sempurna dengan larutan yang belum diketahui
konsentrasinya. Untuk mengetahui apakah telah mencapai reaksi yang sempurna,
maka digunakan larutan indikator yang ditambahkan ke dalam larutan yang
dititrasi. Larutan standar disebut dengan titran. Jika volume larutan standar
sudah diketahui dari percobaan maka konsentrasi senyawa di dalam larutan yang
belum diketahui dapat dihitung dengan persamaan berikut :
VA x NA
N B =
VB
Dimana :
NB = konsentrasi larutan
yang belum diketahui konsentrasinya
VA = volume larutan yang belum diketahui
konsentrasinya
NA = konsentrasi larutan yang telah diketahui
konsentrasinya (larutan standar)
VA = volume larutan yang telah diketahui
konsentrasinya (larutan standar)
Dalam melakukan titrasi diperlukan beberapa persyaratan yang harus
diperhatikan, seperti ;
a. Reaksi harus berlangsung secara stoikiometri dan tidak terjadi reaksi
samping.
b. Reaksi harus berlangsung secara cepat.
c. Reaksi harus kuantitatip
d. Pada titik ekivalen, reaksi harus dapat diketahui titik akhirnya dengan
tajam (jelas
perubahannya).
perubahannya).
e. Harus ada indikator, baik langsung atau tidak langsung.
Berdasarkan jenis reaksinya, maka titrasi dikelompokkan menjadi empat macam
titrasi yaitu :
a. Titrasi asam basa
b. Titrasi pengendapan
c. Titrasi kompleksometri
d. Titrasi oksidasi reduksi
Tahap pertama yang harus dilakukan
sebelum melakukan titrasi adalah pembuatan larutan standar. Suatu larutan dapat
digunakan sebagai larutan standar bila memenuhi persyaratan sebagai berikut :
- mempunyai kemurnian yang tinggi
- mempunyai rumus molekul yang pasti
- tidak bersifat higroskopis dan mudah ditimbang
- larutannya harus bersifat stabil
- mempunyai berat ekivalen (BE) yang tinggi
Suatu larutan yang memenuhi
persyaratan tersebut diatas disebut larutan standar primer. Sedang larutan
standar sekunder adalah larutan standar yang bila akan digunakan untuk
standarisasi harus distandarisasi lebih dahulu dengan larutan standar
primer”(Adam Wiryawan, dkk. 2007 : 13).
“Asam
asetat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan.
Asam cuka memiliki rumus empiris C2H4O2. Rumus
ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3COOH. Asam asetat murni
(disebut asam asetat glasial) adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik beku 16.7°C.
Asam asetat
merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana, setelah asam format.
Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam lemah,
artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-.
Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting. Asam asetat digunakan dalam produksi
polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain. Dalam industri makanan,
asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman.
Di rumah tangga, asam asetat encer juga sering digunakan sebagai pelunak air.
Dalam setahun, kebutuhan dunia akan asam asetat mencapai 6,5 juta ton per tahun. 1.5 juta ton per
tahun diperoleh dari hasil daur ulang, sisanya diperoleh dari industri petrokimia
maupun dari sumber hayati.
sifat sifat
kimia asam cuka, meliputi:
keasaman,
atom hidrogen pada gugus karboksil (-COOH) dalam asam karboksilat seperti asam
cuka dapat dilepas sebagai ion H(+), sehingga memberikan sifat asam.
sebagai
pelarut, asam cuka cair adalah pelarut protik hidrofilik (polar), mirip seperti
air dan etanol. asam cuka memiliki konstanta dielektrik 6.2, sehingga dapat
melarutkan senya polar dengan baik seperti garam anorganik, gula da senyawa non
polar seperti minyak dan unsur-unsur seperti sulfur dan iodin.
reaksi-reaksi
kimia, asam cuka bersifat korosif terhadap banyak logam seperti besi,
magnesium, da seng, membentuk gas hidrogen dan garam-garam asetat”. (Hiskia
Achmad, 2001 : 234).
Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang melarut dan mengion dalam air. Menghasilkan proton (H+) dan basa adalah zat yang melarut dan mengion dalam air menghasilkan ion hidroksida (OH-).
Menurut Bronsted dan Lowry, asam adalah zat yang menghasilkan dan mendonorkan proton (H+) pada zat lain dan basa adalah zat yang dapat menerima proton (H+) dari zat lain.
Lewis juga mengusulkan teori asam basa baru. Lewis yang juga mengusulkan teori oktet, memikirkan bahwa teori asam basa sebagai masalah dasar yang harus diselesaikan berlandaskan teori struktur atom, bukan berdasarkan hasil percobaan. Menurut Lewis, asam adalah zat yang dapat menerima pasangan elektron dan basa adalah zat yang dapat mendonorkan pasangan elektron.
Sifat-sifat asam antara lain : korosif, yaitu dapat merusak logam dan marmer, mempunyai rasa asam, dapat memerahkan kertas lakmus biru, dapat menetralkan larutan basa, dengan pH < 7. Sedangkan sifat-sifat basa adalah bersifat kaustik yaitu dapat merusak kulit, memiliki rasa pahit dan licin, dapat membirukan kertas lakmus merah, dapat menetralkan larutan asam, dengan pH > 7
II. Dasar Teori
Titrasi merupakan metode analisis yang digunakan pada zat (yang dianalisis)
yang konsentrasinya belum diketahui, dibiarkan bereaksi dengan zat lain yang
tela diketahui konsentrasinya. Pada pengerjannya dibutuhkan ketelitian dari
praktikan karena reaksi harus berlangsung secara tepat dan cepat.
Titrasi asam basa pada dasarnya merupakan reaksi penetralan dan biasa
disebut asidi-alkalimetri. Asidimetri adalah titrasi larutan contoh yang
mengandung suatu basa dengan larutan baku asam. Alkalimetri adalah titrasi
larutan contoh yang mengandung suatu asam dengan larutan baku basa.
Analisa volumetri/ titrimetri adalah penentuan konsentrasi zat
dilakukan dengan jalan pengukuran volume larutan atau berat zat yang telah
diketahui konsentrasinya, dimana keduanya direaksikan secara kuantitatif. Dalam
titrimetri, penentuan dilakukan dengan jalan titrasi yaitu, suatu proses dimana
larutan baku titer (dalam bentuk larutan yang telah diketahui konsentrasinya)
ditambahkan sedikit demi sedikit dar sebuah buret ke larutan yang ditentukan
atau yang dititrasi (titran) sampai keduanya bereaksi sempurna. Saat itu
terjadi disebut titik equivalen atau titik akhir titrasi terjadi. Dalam
melakuka titrasi, larutan yang dititrasi disebut titrat, yang dimasukan dalam
labu Erlenmeyer (biasanya larutan asam), sedangkan larutan penitrasi adalah
disebut titran (biasanya larutan basa) dimasukan kedalam buret.
Titik equivalen adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi secara
stokiometri antara zat yang dianalisa dan larutan standar. Titik akhir titrasi
adalah titik dimana terjadi perubahan warna pada indikator yang menunjukan
titik equivalen reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar. Pada
umumnya titik equivalen lebih dahulu dicapai lalu diteruskan dengan titik akhir
titrasi. Ketelitian dalam penentuan titim akhir titrasi sangat mempengaruhi
hasil analisa konsentasi titran.
Secara garis besar, penggolongan analisis titrimetri ini berdasarkan :
1. Berdasarkan
reaksi kimia
· Asidimetri –
alkalimetri / titrasi asam basa (reaksi netralisasi)
Contoh : HCl + NaOH → NaCl + H2O
· Oksidasi
reduksi (reaksi redoks)
Contoh : Fe2+ + Ce4+
→ Ce3+ + Fe3+
· Titrasi
pengendapan
Contoh : Ag+ + Cl-
→ AgCl
· Pembentukan
kompleks
Contoh : Ag+ +
2CN- →Ag(CN)2-
2. Berdasarkan
jumlah sampel
pembeda
|
Titrasi makro
|
Titrasi semi mikro
|
Titrasi mikro
|
Jumlah sampel (mg)
|
100-1000
|
10-100
|
1-10
|
Volume titran (ml)
|
10-20
|
1-10
|
0,1-1
|
Ketelitian burret (ml)
|
0,02
|
0,001
|
0,001
|
Pada praktikum kali ini hanya
melakukan percobaan titrasi asam- basa. Selain prosesnya yang relatif mudah,
bahan yang digunakan juga tidak terlalu rumit.
Asam-basa sendiri memiliki
ciri –ciri yang bertolak belakang seperti pada table berikut:
Asam
|
Basa
|
Dalam air terurai menjadi ion positif hidrogen dan ion negatif sisa asam
|
Dalam air terurai menjadi ion positif logam dan ion negative hidroksida
|
Bersifat korosif
|
Terasa licin
|
Mengubah kertas lakmus biru menjadi merah
|
Mengubah kertas lakmus merah menjadi biru
|
pH < 7
|
pH> 7
|
Rasa asam
|
Rasa pahit
|
Adapun reaksi-reaksi yang
terjadi dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Asam kuat
dengan basa kuat : H3O+ + OH-
→ 2H2O
2. Asam
lemahdengan basa kuat : HA + OH-
→ H2O + A-
3. Basa lemah
dengan asam kuat : A- + H3O+
→ H2O + HA
Larutan baku yang biasanya digunakan dalam asidi-alkalimetri dikategorikan
dalam :
· Larutan baku
primer adalah larutan yang tidak mudah berubah oleh keadaan (stabil) dan dapat
diperoleh dalam keadaan murni
· Larutan baku
sekundar adalah larutan baku yang terbuat dari zat=zat yang tidak didapatkan
dalam keadaan murni, larutan baku sekunder baru boleh digunakan setelah
normalitas / molaritasnya ditentukan dengan larutan baku primer.
A. Untuk Asidimetri, biasanya
digunakan larutan baku:
1. Larutan baku
primer
: Na2B4O7. 10H2O (boraks) atau Na2CO3
2. Larutan baku
sekunder : HCl, NaOH. Larutan HCl
hanya boleh digunakan bila sudah distandardisasi dengan boraks. Larutan
NaOH distandardisasi dengan asam oksalat
B. Untuk Alkalimetri, biasanya
digunakan larutan baku:
1. Larutan baku
primer
: asam oksalat (H2C2O4) atau asam suksinat
2. Larutan baku
sekunder : NaOH, KOH, Ba(OH)2.
Untuk mengetahui suatu kesempurnaan berlangsungnya reaksi antar larutan
baku dan larutan ayng dititrasi digunakan suatu indikator, yang dapat memebantu
dalam menetukan kapan penambahan titrasi harus dihentikan. Bila reakis antara
larutan yang dititrasi dengan larutan baku telah berlangsung sempurna, maka
indikator harus memberikan perubahan visual yang jelas pada larutan (misalnya
adanya perubahan wrana atau pembentukanendapan). Titik pada saat indikator
memberikan perubahan disebut titik akhir titrasi dan pada saat itu titrasi
harus dihentikan.
Menghitung Normalitas NaOH:
Vasam Oksalat x Nasam Oksalat = VNaOH x
NNaOH
Keterangan: V = volume (ml/L)
N = normalitas (N)