Jumat, 03 Juli 2015


ASAM DAN BASA
 DASAR TEORI

Asam dan basa sudah dikenal sejak zaman dahulu.Istilah asam (acid) berasal dari bahasa latin acetum yang berarti cuka. Seperti diketahui, zat utama dalam cuka adalah asam asetat. Istilah basa (alkali) berasal dari bahasa Arab yang berarti abu  Juga sudah  lama diketahui bahwa Asam dan Basa saling menetralkan.

Sejak berabad – abad yang lalu, para pakar mendefinisikan asam dan basa berdasarkan sifat larutan airnya. Larutan asam mempunyai rasa asam dan bersifat korosif (merusak logam, marmer, dan berbagai bahan lain). Sedangkan larutan basa berasa agak pahit dan bersifat kaustik (licin,seperti sabun). Namun demikian, tidak dianjurkan mengenali asam dan basa dengan cara mencicipi, hal itu bisa berbahaya. Kita dapat mengenali asam dan basa dengan menggunakan indikator asam basa, misalnya lakmus merah dan lakmus biru, serta metil merah dan metil biru, kertas .

Untuk menjelaskan penyebab sifat asam dan basa, sejarah perkembangan ilmu kimia mencatat berbagai teori. Pada tahun 1777, Lavoisier mengemukakan bahwa asam mengandung oksigen. Unsur itu yang dianggap bertanggung jawab atas sifat – sifat asam. Namun pada tahun 1810 ,Humphrey Davy menemukan bahwa asam hidrogen klorida tidak mengandung oksigen. Davy kemudian menyimpulkan bahwa hidrogenlah dan bukan oksigen yang merupakan unsur dasar dari setiap asam. Kemudian pada tahun 1814, Gay Lussac menyimpulkan bahwa asam adalah zat yang dapat menetralkan alkali dan kedua golongan senyawa itu hanya dapat didefinisikan dalam kaitan satu dengan yang lain.

Konsep yang cukup memuaskan tentang asam dan basa, dan yang tetap diterima hingga sekarang, dikemukakan oleh Arrhenius pada tahun 1884. Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang dalam air melepaskan ion H­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­+ sedangkan basa melepaskan ion OH. Jadi ,pembawa sifat asam adalah ion H+ sedangkan pembawa sifat basa adalah ion OH -, dimana jika Asam direaksikan dengan Basa akan menghasilkan Garam mineral dan Air.   





B. DASAR TEORI
            Asam basa merupakan salah satu sifat suatu zat baik yang berbentuk larutan maupun non pelarut, sifat dari asam yaitu terasa masam dan basa terasa pahit dan sifat asam basa juga bersifat beracun dan korosif. hubungan asam basa dengan pH adalah pH sebagai penentu agar suatu senyawa bisa diketahui bersifat asam atau basa, jika pH senyawa lebih kecil dari 7 maka senyawa tersebut bersifat asam dan jika suatu senyawa pH lebih besar dari 7 maka senyawa tersebut bersifat basa. ( Yayan sunarya, 2003 )(Windarti,T.,2008)
            Teori asam basa menurut Arrhenius yaitu asam adalah suatu spesies yang akan meningkatkan konsentrasi ion H+ di dalam air dan basa adalah suatu spesies yang akan meningkatkan konsentrasi ion OH- di dalam air, sedangkan teori asam basa menurut Bronsted-Lowry yaitu asam didefinisikan sebagai sebuah molekul atau ion yang mampu melepaskan atau mendonorkan kation hidrogen (proton, H+) dan basa sebagai spesi kimia yang mampu menarik atau menerima kation hidrogen (proton), dan teori asam basa menurut Lewis yaitu asam adalah spesi yang dapat membentuk ikatan kovalen dengan akseptor pasangan elektron bebas dari spesi yang lain dan basa adalah spesi yang dapat membentuk ikatan kovalen melalui donator pasangan elektron bebas kepada spesi yang lain. ( Belajar kimia, 2009 )(Ziessow,D.,2007)
            Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redoks untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks. Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titran. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya.


DASAR TEORI
            “Titrasi yang melibatkan reaksi antara asam dengan basa dikenal dengan istilah titrasi asam basa atau aside alkalimetri. Secara teknis titrasi dilakukan dengan cara mereaksikan sedikit demi sedikit dan bahkan tetes demi tetes larutan basa melalui buret, kedalam larutan asam dengan volume tertentu yang terletak dalam labu Erlenmeyer sampai keduanya tepat habis yang ditandai dengan berubahnya warna indikator”.( 2004 : 131, Sudarmo ).
            “Pada titik ekivalen jumlah asam yang dititrasi ekivalen dengan jumlah basa yang dipakai. Untuk menentukan titik ekivalen ini biasanya dipakai suatu indikator asam basa yaitu suatu zat yang dapat berubah warnanya. Macam-macam indikator yang kita pilih harus sedemikian, sehingga titik ekivalen titrasi terdapat pada daerah perubahan indikator. Jika pada suatu titrasi dengan indikator tertentu timbul perubahan warna, maka titik akhir titrasi telah tercapai. Jadi, titik akhir titrasi tidak selalu berimpit dengan titik ekivalen”. (2012 : 19, Penuntun Praktikum).
            “Titrasi atau disebut juga volumetri merupakan metode analisis kimia yang cepat, akurat dan banyak digunakan untuk menentukan kadar suatu unsur atau senyawa dalam larutan. Titrasi didasarkan pada suatu reaksi yang digambarkan sebagai :
a A + b B hasil reaksi
dimana :
A adalah penitrasi (titran), B senyawa yang dititrasi, a dan b jumlah mol dari A dan B.

Volumetri (titrasi) dilakukan dengan menambahkan (mereaksikan) sejumlah volume tertentu (biasanya dari buret) larutan standar (yang sudah diketahui konsentrasinya dengan pasti) yang diperlukan untuk bereaksi secara sempurna dengan larutan yang belum diketahui konsentrasinya. Untuk mengetahui apakah telah mencapai reaksi yang sempurna, maka digunakan larutan indikator yang ditambahkan ke dalam larutan yang dititrasi. Larutan standar disebut dengan titran. Jika volume larutan standar sudah diketahui dari percobaan maka konsentrasi senyawa di dalam larutan yang belum diketahui dapat dihitung dengan persamaan berikut :
                                                                                  VA  x NA
N B =
                                                                                     VB




Dimana :
 NB = konsentrasi larutan yang belum diketahui konsentrasinya
VA  = volume larutan yang belum diketahui konsentrasinya
NA  = konsentrasi larutan yang telah diketahui konsentrasinya (larutan standar)
VA  = volume larutan yang telah diketahui konsentrasinya (larutan standar)

Dalam melakukan titrasi diperlukan beberapa persyaratan yang harus diperhatikan, seperti ;
a. Reaksi harus berlangsung secara stoikiometri dan tidak terjadi reaksi samping.
b. Reaksi harus berlangsung secara cepat.
c. Reaksi harus kuantitatip
d. Pada titik ekivalen, reaksi harus dapat diketahui titik akhirnya dengan tajam (jelas
                perubahannya).
e. Harus ada indikator, baik langsung atau tidak langsung.
Berdasarkan jenis reaksinya, maka titrasi dikelompokkan menjadi empat macam titrasi yaitu :
a. Titrasi asam basa
b. Titrasi pengendapan
c. Titrasi kompleksometri
d. Titrasi oksidasi reduksi
Tahap pertama yang harus dilakukan sebelum melakukan titrasi adalah pembuatan larutan standar. Suatu larutan dapat digunakan sebagai larutan standar bila memenuhi persyaratan sebagai berikut :
- mempunyai kemurnian yang tinggi
- mempunyai rumus molekul yang pasti
- tidak bersifat higroskopis dan mudah ditimbang
- larutannya harus bersifat stabil
- mempunyai berat ekivalen (BE) yang tinggi
Suatu larutan yang memenuhi persyaratan tersebut diatas disebut larutan standar primer. Sedang larutan standar sekunder adalah larutan standar yang bila akan digunakan untuk standarisasi harus distandarisasi lebih dahulu dengan larutan standar primer”(Adam Wiryawan, dkk. 2007 : 13).
            Asam asetat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3COOH. Asam asetat murni (disebut asam asetat glasial) adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik beku 16.7°C.
Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana, setelah asam format. Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam lemah, artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-. Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting. Asam asetat digunakan dalam produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain. Dalam industri makanan, asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman. Di rumah tangga, asam asetat encer juga sering digunakan sebagai pelunak air. Dalam setahun, kebutuhan dunia akan asam asetat mencapai 6,5 juta ton per tahun. 1.5 juta ton per tahun diperoleh dari hasil daur ulang, sisanya diperoleh dari industri petrokimia maupun dari sumber hayati.
sifat sifat kimia asam cuka, meliputi:
        keasaman, atom hidrogen pada gugus karboksil (-COOH) dalam asam karboksilat seperti asam cuka dapat dilepas sebagai ion H(+), sehingga memberikan sifat asam.
        sebagai pelarut, asam cuka cair adalah pelarut protik hidrofilik (polar), mirip seperti air dan etanol. asam cuka memiliki konstanta dielektrik 6.2, sehingga dapat melarutkan senya polar dengan baik seperti garam anorganik, gula da senyawa non polar seperti minyak dan unsur-unsur seperti sulfur dan iodin.
        reaksi-reaksi kimia, asam cuka bersifat korosif terhadap  banyak logam seperti besi, magnesium, da seng, membentuk gas hidrogen dan garam-garam asetat”. (Hiskia Achmad, 2001 : 234).

DASAR TEORI :
Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang melarut dan mengion dalam air. Menghasilkan proton (H+) dan basa adalah zat yang melarut dan mengion dalam air menghasilkan ion hidroksida (OH-).
Menurut Bronsted dan Lowry, asam adalah zat yang menghasilkan dan mendonorkan proton (H+) pada zat lain dan basa adalah  zat yang dapat menerima proton (H+) dari zat lain.
Lewis juga mengusulkan teori asam basa baru. Lewis yang juga mengusulkan teori oktet, memikirkan bahwa teori asam basa sebagai masalah dasar yang harus diselesaikan berlandaskan teori struktur atom, bukan berdasarkan hasil percobaan. Menurut Lewis, asam adalah zat yang dapat menerima pasangan elektron dan basa adalah zat yang dapat mendonorkan pasangan elektron.
Sifat-sifat asam antara lain : korosif, yaitu dapat merusak logam dan marmer, mempunyai rasa asam, dapat memerahkan kertas lakmus biru, dapat menetralkan larutan basa, dengan pH < 7. Sedangkan sifat-sifat basa adalah bersifat kaustik yaitu dapat merusak kulit, memiliki rasa pahit dan licin, dapat membirukan kertas lakmus merah, dapat menetralkan larutan asam, dengan pH > 7
      II.     Dasar Teori

Titrasi merupakan metode analisis yang digunakan pada zat (yang dianalisis) yang konsentrasinya belum diketahui, dibiarkan bereaksi dengan zat lain yang tela diketahui konsentrasinya. Pada pengerjannya dibutuhkan ketelitian dari praktikan karena reaksi harus berlangsung secara tepat dan cepat.
Titrasi asam basa pada dasarnya merupakan reaksi penetralan dan biasa disebut asidi-alkalimetri. Asidimetri adalah titrasi larutan contoh yang mengandung suatu basa dengan larutan baku asam. Alkalimetri adalah titrasi larutan contoh yang mengandung suatu asam  dengan larutan baku basa.
Analisa  volumetri/ titrimetri adalah penentuan konsentrasi zat dilakukan dengan jalan pengukuran volume larutan atau berat zat yang telah diketahui konsentrasinya, dimana keduanya direaksikan secara kuantitatif. Dalam titrimetri, penentuan dilakukan dengan jalan titrasi yaitu, suatu proses dimana larutan baku titer (dalam bentuk larutan yang telah diketahui konsentrasinya) ditambahkan sedikit demi sedikit dar sebuah buret ke larutan yang ditentukan atau yang dititrasi (titran) sampai keduanya bereaksi sempurna. Saat itu terjadi disebut titik equivalen atau titik akhir titrasi terjadi. Dalam melakuka titrasi, larutan yang dititrasi disebut titrat, yang dimasukan dalam labu Erlenmeyer (biasanya larutan asam), sedangkan larutan penitrasi adalah disebut titran (biasanya larutan basa) dimasukan kedalam buret.
Titik equivalen adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi secara stokiometri antara zat yang dianalisa dan larutan standar. Titik akhir titrasi adalah titik dimana terjadi perubahan warna pada indikator yang menunjukan titik equivalen reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar. Pada umumnya titik equivalen lebih dahulu dicapai lalu diteruskan dengan titik akhir titrasi. Ketelitian dalam penentuan titim akhir titrasi sangat mempengaruhi hasil analisa konsentasi titran.
Secara garis besar, penggolongan analisis titrimetri ini berdasarkan :
1.       Berdasarkan reaksi kimia
·         Asidimetri – alkalimetri / titrasi asam basa (reaksi netralisasi)
Contoh : HCl + NaOH → NaCl + H2O
·         Oksidasi reduksi (reaksi redoks)
Contoh : Fe2+ + Ce4+ → Ce3+ + Fe3+
·         Titrasi pengendapan
Contoh : Ag+ + Cl- → AgCl
·         Pembentukan kompleks
Contoh : Ag+  + 2CN- →Ag(CN)2-



2.       Berdasarkan jumlah sampel

pembeda
Titrasi makro
Titrasi semi mikro
Titrasi mikro
Jumlah sampel (mg)
100-1000
10-100
1-10
Volume titran (ml)
10-20
1-10
0,1-1
Ketelitian burret (ml)
0,02
0,001
0,001

Pada praktikum kali ini hanya melakukan percobaan titrasi asam- basa. Selain prosesnya yang relatif mudah, bahan yang digunakan juga tidak terlalu rumit.
Asam-basa sendiri memiliki ciri –ciri yang bertolak belakang seperti pada table berikut:

Asam
Basa
Dalam air terurai menjadi ion positif hidrogen dan ion negatif sisa asam
Dalam air terurai menjadi ion positif logam dan ion negative hidroksida
Bersifat korosif
Terasa licin
Mengubah kertas lakmus biru menjadi merah
Mengubah kertas lakmus merah menjadi biru
pH < 7
pH> 7
Rasa asam
Rasa pahit

Adapun reaksi-reaksi yang terjadi dapat digambarkan sebagai berikut:
1.       Asam kuat dengan basa kuat      : H3O+ + OH-   → 2H2O
2.       Asam lemahdengan basa kuat   : HA    + OH-   → H2O  +  A-
3.       Basa lemah dengan asam kuat   : A-      + H3O+ → H2O  +  HA
Larutan baku yang biasanya digunakan dalam asidi-alkalimetri dikategorikan dalam :
·         Larutan baku primer adalah larutan yang tidak mudah berubah oleh keadaan (stabil) dan dapat diperoleh dalam keadaan murni
·         Larutan baku sekundar adalah larutan baku yang terbuat dari zat=zat yang tidak didapatkan dalam keadaan murni, larutan baku sekunder baru boleh digunakan setelah normalitas / molaritasnya ditentukan dengan larutan baku primer.

A.      Untuk Asidimetri, biasanya digunakan larutan baku:
1.       Larutan baku primer               : Na2B4O7. 10H2O (boraks) atau Na2CO3
2.       Larutan baku sekunder         : HCl, NaOH. Larutan HCl hanya boleh digunakan  bila sudah distandardisasi dengan boraks. Larutan NaOH distandardisasi dengan asam oksalat
B.      Untuk Alkalimetri, biasanya digunakan larutan baku:
1.       Larutan baku primer               : asam oksalat (H2C2O4) atau asam suksinat
2.       Larutan baku sekunder         : NaOH, KOH, Ba(OH)2.
Untuk mengetahui suatu kesempurnaan berlangsungnya reaksi antar larutan baku dan larutan ayng dititrasi digunakan suatu indikator, yang dapat memebantu dalam menetukan kapan penambahan titrasi harus dihentikan. Bila reakis antara larutan yang dititrasi dengan larutan baku telah berlangsung sempurna, maka indikator harus memberikan perubahan visual yang jelas pada larutan (misalnya adanya perubahan wrana atau pembentukanendapan). Titik pada saat indikator memberikan perubahan disebut titik akhir titrasi dan pada saat itu titrasi harus dihentikan.
                                Menghitung Normalitas NaOH:
                                                Vasam Oksalat x Nasam Oksalat = VNaOH  x NNaOH
                                                Keterangan: V = volume (ml/L)
                                                                         N = normalitas  (N)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar